Ok, dech. Buat
mba Mimin makasih buat sarannya.
Kali ini posting ini aja:
Berdasarkan informasi dari orang jepang yang dapat dipercaya, ketika wanita jepang melahirkan seorang anak maka ketika diperlihatkan pertama kali kepada para penjenguk, ia berkata:”Kawaii-né?”(Cantik/lucu ya?). Maka yang lain menjawab: “Né!”(Oh, ya!)
Pointnya, orang jepang suka bwanget ngucapin”Né”. Akhirnya, kita juga yang orang Indonesia jadi ikut-ikutan suka.
Contohnya begini: “Saya lagi sibuk, nech”. He…he kayaknya mirip, ya. Bisa juga gini kata orang jakartanya: “Lo mah kagak tau, gua lagi semanget, nech!”.
Kembali pada “Né-nya” orang jepang, kalo kita perhatikan maka kebanyakan ”Né” Diucapkan setelah “kata sifat”. Contohya seperti kata di atas itu. “Kawaii” termasuk “kata sifat keiyôdôshi (kata sifat berakhiran:ii)”.
Ingat! Kawaii: manis, lucu,cantik, mungil, beda dengan >>> wakai:muda. Karna apa? Saya sering salah nyebutinnya. Mirip, nech! Ho..ho..ho, he…he…he. Kacian dech, akina-san lagi isogashii, ne. Lagi UTS dia. Kasih semangat lah, biar nilainya semua memuaskan dapat: A..semua.
Nah,
Akina-san dan
Aya-san ini: “Kawai, ne”, bisa juga “Wakai, ne”.
“Honki?“ (serius?)
“Bener, nech!”
“Honto-ni?” (kamu yakin?)
“Honto-yo!”(lebih baik kamu percaya aja dech)
“Masaka, demo….”(Gua ragu tuh, tapi….)
“Chotto kite”(dengerin saya). Masalahnya, kita lagi ngingetin antara “Kawaii” ama “Wakai!” Plus… tambahan akhiran “Né” yang artinya:”ya?” gitu loh…
“Sore-o kiite yokatta(saya seneng denger itu)
“Sô omotteta(saya mah sudah mengira)
“Dô-iu imi?”(Apa maksud kamu?)
“Iya, kamu pasti ingat kalo “Wakaii artinya:muda, kalo Kawaii artinya: manis, mungil, cantik. Jangan sampe kebalik artinya”.
“Trus…kalo Akina-san ama Aya-san?”
“Mereka … bisa dua-dua-nya”
“So-nano?”(begitu, ya?). Otoko onna!(tomboy!)
“Tabun-ne”(mungkin). Tanya sendiri aja sono ama mereka! Mungkin yang 1 tomboy yang 1-nya keibuan.”
Uda, ah. Nih, saya mau ngingetin juga bahwa percakapan di atas itu adalah contoh percakapan ama teman yang udah akrab. Jadi baik gaya bahasa maupun kata-katanya jangan dipakai buat percakapan ama orang yang kita hormati.
Supaya kata-katanya jadi sopan, tambahin aja: “desu”, setelah kata sifatnya.
Contoh:
Aguro-sensei wa yoi desu ne. (Guru Agro baik, ya)
Shibaraku desu ne(Sudah lama tidak ketemu, ya)
Ok, semoga materi yang sederhana ini bisa benar-benar mudah dicerna bagi minasan yang seperti saya lagi seneng-senengnya belajar bahasa jepang. Semoga manfaat. Mohon maaf dengan celotehan yang tidak sopan.
Harapan saya: “Dôzo choichoi oide kudasai”(Silahkan sering-sering datang)
Ki, Aya rugi kalo gak visit blognya mba Mimin, ya.
Dan karena ada saja yang menanyakan tentang jadwal
puasa Nabi Daud yang saya jalani, sekalian kasih info: Bagi yang sudah puasa nabi Daud atau yang mau mulai kalo mau sama jadwalnya dengan saya, maka hari ini selasa, 11 november 2008, saya tidak sedang puasa yang berarti besok hari rabu, 12 november 2008, saya puasa. Dan besoknya...tidak puasa, besoknya...puasa dan seterusnya kecuali pada hari-hari yang diharamkan untuk berpuasa.
Dan bagi yang sudah berpuasa nabi Daud atau puasa hari Senin dan Kamis,mohon dengan keikhlasannya, karena pada saat berbuka ada saat mustajab dikabulkan do'anya, mari doakan teman2 kita, yaitu Ari-san dan Aya-san serta yang lainnya yang sedang menjalani Ujian Tengah Semester semoga mendapat nilai memuaskan dan khususnya Ari-san, ternyata saat ini harus beristirahat karena sakit, semoga tetap tegar dan juga Mas Agro yang baru sembuh dari sakit, semoga tetap diberi kesehatan sehingga tetap bisa mengamalkan ilmu bahasa jepangnya kepada kita. Amin.
Nah, ini oleh-oleh Akina dari Japan Expo:


Ning Zenbae Belajar Bahasa Jepangé dapat di akses di: